Mengenal Secara Singkat Ikan Botia

Ikan botia merupakan ikan eksotis, asli dari Indonesia, seringkali disebut ikan Bajubang oleh orang lokal. Ikan ini bisa ditemukan di Sungai Barito dan Sungai Batanghari. Karena habitat alami mereka berada di perairan sungai, pemeliharaan di akuarium sebaiknya ditambah dengan arus buatan. Dengan ukurang tubuh maksimal 30-40 cm, ikan ini bisa hidup hingga puluhan tahun. Tapi, pemeliharaan di akuarium tidak bisa mencapai umur sepanjang ini. 

Ikan Botia
Morfologi Ikan 
Bentuk tubuh ikan ini pipih memanjang dengan bentuk perut lurus dan mempunyai 4 pasang sungut. Ikan ini memiliki warna dasar merah jingga kekuningan, dengan balutan warna hitam yang ada di 3 tempat, yaitu pada kepala, di bagian tengah tubuh dan bagian pangkal ekor. Di bagian matanya ditemukan duri. 

Di habitat alaminya, daerah aliran sungai di Pulau Kalimantan dan Sumatra, ikan ini hidup di sungai-sungai berarus tenang. Mereka umumnya hidup di dasar perairan, dan lebih banyak melakukan aktivitasnya pada malam hari sehingga disebut ikan nocturnal. Mereka hidup di lingkungan bersuhu 24-28 derajad Celcius dengan pH 6.0-7.5, tingkat kesadahan 5-15 dan intensitas oksigen 3 sampai 5 ppm.  
Seleksi Indukan 
Proses budidaya ikan botia dimulai dengan seleksi induk. Indukan yang baik berasal dari alam kemudian ditempatkan ke dalam kolam agar bisa beradaptasi dengan habitatnya yang baru. Adaptasi ini memakan waktu sekitar 80-10 bulan, dari indukan sampai matang gonad. Gonad yang telah matang bisa dilihat dari perutnya yang gendut (betina) dengan berat lebih dari 80 gram. Pada pejantan, perutnya langsing dan berat lebih dari 40 gram.  
Stimulasi Pemijahan 
Agar matang gonad bisa segera melakukan pemjihan atau ovulasi (memproduksi sel telur), makan ikan botia siap pijah diberikan suntikan hormon gonadotropin. Hormon yang biasa digunakan untuk menstimulasi pemjiahan berupa Ovaprin dengan dosis idealnya 1 ml/kg berat indukan. Injeksi ovaprin dilakukan sebanyak dua kali. Suntukan pertama untuk mematangkan sel telur (0.4 ml/kg), dan injeksi/suntikan kedua untuk pemijahan (0.6 ml/kg).  
Stripping 
Proses ini adalah proses keluarnya sel telur dari indukan betina dan sperma dari indukan jantan dengan diurut. Sebelum itu, indukan dibius dengan phenoxy ethanol. Sperma dan sel telur kemudian dipisah, dan dimasukkan ke dalam wadah lain. Pembuahan Proses ini dilakukan dengan cara mencampur sperma dan sel telur. Lalu, tambahkan air agar sperma aktif, lalu diaduk menggunakan bulu ayam secara perlahan. Masukkan ke corong penetasan dengan suhu 26-27 derajad Celcius selama 15 hingga 26 jam. 
Pemanenan dan Pemeliharaan Larva 
Telur yang menetas sangat sensitif sehingga sebelum dipindahkan ke wadah baru, larva dibiarkan di corong penetasan selama 4 hari. Jika larva telah mampu memakan artemia, maka itu tandanya ikan siap dipindahkan ke akuarium. Di dalam akuarium, ikan yang dipeliharan sebanyak 5 ekor per liter. Pada usia 4-13 hari, ikan diberi pakan artemia. Barulah kemudian sampai panen tiba, cacing darah menjadi menu utama ikan botia.

Comments